PARLEMEN INGGRIS (House of Common) baru saja mengeluarkan data mengenai skandal data yang dilakukan oleh Facebook.
Dalam laporan yang dikeluarkan pada 18 Februari 2019 dengan tebal 108 halaman ini memastikan bahwa kepentingan keuntungan bagi perusahaan jauh diatas privasi penggunanya.
Facebook menerapakan program yang dapat mengumpulkan data pribadi dari pengguna Facebook dati posting, terkait pendapat mengenai suatu halaman/posting, data terkait ulang tahun, alamat tempat yang didiami (bahkan hingga lokasi hotel jika menginap di luar rumah).
Data-data ini kemudian di proses dan untuk bahan masukan baik untuk pemasaran produk bahkan kemudian terbukti digunakan pembeli data untuk mengetahui dan membentuk opini politik.
Program ini merupakan hasil ide dari seorang ilmuwan data bernama Aleksandr Kogan, seorang ilmuwan data Universitas Cambridge. Ilmuwan ini membuat aplikasi bernama Cambridge Analytica.
Tidak heran jika panen data dan penjualan data ini kemudian disebut sebagai Skandal Data Cambridge Analytica. Penjualan data ini sangat besar karena melibatkan jumlah pengguna Facebook yang sangat besar. Diperkirakan antara 30 juta pengguna hingga 87 juta pengguna dipanen dan dijual datanya. Setidaknya ada sekitar lebih dari 1 juta pengguna Facebook dari Indonesia yang juga terkena dampak penggunaan data ini. Dari analisis yang dilakukan pakar teknologi informasi, teman dan teman dari teman yang terkena panen data juga bisa dikumpulkan datanya. Facebook saat ini memiliki sekitar 2.2 miliar pengguna. Potensi pasar, iklan dan data yang sangat besar.
Dengan data dan pengguna sebesar itu, tidak heran jika propaganda dapat diterapkan dengan cukup berhasil jika dipakai di Facebook. Salah satu keberhasilan Facebook terlihat pada berita palsu saat Pemilu yang membantu Donald Trump terpilih.
Laporan ini berisi berbagai kritik yang sangat keras dan jelas terkait tingkah laku Facebook yang melupakan kepentingan pengguna.
Facebook has continually hidden behind obfuscation. The sealed documents contained internal emails, revealing the fact that Facebook’s profit comes before anything else. When they are exposed, Facebook “is always sorry, they are always on a journey”, as Charlie Angus, MP (Vice-Chair of the Canadian Standing Committee on Access to Information, Privacy and Ethics, and member of the ‘International Grand Committee’) described them.143 Facebook continues to choose profit over data security, taking risks in order to prioritise their aim of making money from user data.
Khusus terkait perlindungan pengguna dari berita palsu, Facebook menyebutkan saat ini sudah memiliki pegawai berjumlah 3 kali lipat dari sebelumnya menjadi 30 ribu pegawai yang bertujuan untuk memilah data dan berita palsu. Saat ini Facebok juga sedang menerapkan AI (Artificial Intelligent) untuk menyaring berita palsu ini.
Untuk melihat laporan resmi dari parlemen Inggris maka dapat mengunjungi situs ini.
9 countries.— Digital, Culture, Media and Sport Committee (@CommonsCMS) 27 November 2018
24 official representatives.
447 million people represented.
One question: where is Mark Zuckerberg? pic.twitter.com/BK3KrKvQf3